For Sustainable Future: Stories Inspire Change

Imanzah Nurhidayat
5 min readAug 11, 2016

Di suatu kota seperti Jakarta yang maunya demokratis, penduduknya mau paham banget mengenai kesibukan orang lain yang tak pernah habis gaya hidupnya melalui socmed. Ketika lagi banyak urusan pengennya mager untuk nongkrong ngomentari status socmed orang. Dari socmed kita juga mengetahui hasil kinerja Pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi , amnesti pajak, pengendalian inflasi, hingga kondisi masyarakat miskin yang makin terpuruk.

Masyarakat di era informasi yang padat konsumsi dan gengsi gaya hidup digital tentunya mampu mengolah akal dalam kesehariannya secara bisa mendaftar menjadi pengemudi Uber demi mengganti mobil dan menutupi cicilan mobil barunya. Pemerintah dan swasta pun tidak ketinggalan, baik rintisan maupun konglomerasi, bekerja cepat mengenali peluang bisnis dan pembangunan dengan mengikutin kemajuan teknologi, mobilitas masyarakat, komunitasnya, pola konsumsinya , selera investasi pada sektor bisnis serta publik. Justru disaat Pemerintah sedang mengkajinya , kini sektor swasta dan masyarakat berupaya menjadi sepintar mungkin berpartisipasi dalam urusan publik. Padahal, kita perlu memahami transformasi partisipasi publik di era informasi ini dalam bingkai cerita agar kita dapat memahaminya lebih baik, lebih terarah, lebih tepat guna.

Cerita adalah lambang dari suatu cara dalam menanggapi, memahami, dan bertindak. Cerita menuntun kita menemukan keterkaitan, rekombinasi, dan interaksi antara fenomena dunia digital dengan lingkungan masyarakat untuk menyadari dan mengetahui masalah yang perlu dicari solusinya. Di dalam cerita jadi terlihat ada masalah yang timbul akibat gesekan-gesekan yang muncul dalam interaksi diantara orang-orang yang berkelompok di satu lokasi.

Dimana ada lokasi banyak orang berkelompok maka muncul banyak cerita berikut sosoknya yang menggerakkan. Mereka sebagai penggerak dianggap telah membawa inspirasi perubahan bagi masyarakat luas. Cerita dari gerakan tersebut akan semakin masuk akal dan lestari jika ada keterdesakan di lokasi-lokasi lain untuk menciptakan aspirasi-aspirasi tinggi dan memperjuangkannya. Sehingga tanpa dicari , cerita mengalir keluar dari sendi aktivitas rutin kelompok menuju lokasi lain menjadi aspirasi berkomunitas yang lestari.

Cerita demi cerita, sosok demi sosok, telah mengalir menjadi inspirasi dan ada dimana-mana namun kita tidak pernah banyak menemukannya. Kini ramai di Indonesia kita dikelilingi oleh sosok yang ahli dalam pemberdayaan dan mentoring — startup, UKM, mahasiswa. Seringkali kita dibilangin bahwa mereka adalah motivator, idola,panutan karena menjadi eksis adalah sangat penting. Kita tidak banyak menemukan sosok karena kita tidak menemukan cerita yang benar-benar lestari. Tidak ada yang bisa ditemukan karena kita mencari hanya karena untuk mencari yang ada. Karena eksis maka ia ada, padahal cerita yang lestari itu adalah cerita yang mencari jodohnya. Ia aktif menghampiri mereka yang sedang menemukan tujuan hidup. Tujuan hidup memiliki makna yang hanya hinggap pada makna cerita. Makna melekat pada sosok yang saling mempertemukan cerita dengan tujuan hidup bukan sekedar sosok yang menemukan media publikasinya menyebar.

Tidak semua gerakan memiliki daya bercerita yang kuat. Tidak banyak tempat nongkrong yang memiliki interaksi riuh dan menjadi jejak mobilitas menjadi pilihan lokasi bagi inspirasi menemui sang aspirasi. Sebagai contoh, Ground Up Initiative (GUI) di Singapore direncanakan pada awalnya memilih lokasi aktivitas lapangannya di Indonesia. GUI merasa Indonesia, sepaket dengan masalahnya, adalah lokasi yang cocok untuk memperjuangkan tujuan hidup penggeraknya. Dalam hal ini, gerakan ,tempat dan lokasi pada dasarnya masing masing memiliki pengertian satu sama lain. GUI sadar dan memiliki pengertian bahwa negara mereka sendiri, Singapura juga memiliki aspirasi sosial sendiri sehingga mereka kembali pulang kampung dan mendirikan Kampung GUI di Singapura dan setiap tahunnya membuat festival balik kampung. Bikin iri.

Menyambung rasa yang sama hadirlah For Sustainable Future: Stories Inspire Change, cara bercerita dari MakeDoNia, LabTanya, Kekini, Unjukin Labs, yang berkolaborasi secara berkelompok memilih lokasi di Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Cikini dapat dipahami sebagai lokasi padat berdaya aspirasi seni budaya (TIM), pendidikan ( IKJ, PPM, Kanisius, SMPN 1), sosial (kali pasir Kramat), bisnis (padat Hotel dan Bank), pemerintahan ( Cikini hingga Kebon Sirih) , dan juga kegiatan rintisan sosial dan teknologi ( Mozilla Community Office, Kekini Ruang Bersama) sehingga Cikini dikenal sebagai area magnet bagi ketemuan cerita-cerita inspiratif yang dibawa oleh kelompok masing-masing. Untuk mempertemukan cerita-cerita itu kita memerlukan suasana dan pengertian seperti di Cikini. Berbudaya, berpengetahuan, rumahan, mendengarkan, kekinian, dan menyenangkan dengan jejak budaya yang kuat.

Cikini sebagai area warisan budaya dan perdangangan kota dengan warganya bukanlah sekedar lokalitas fisik ajang berdagang , bisnis properti, dan kuliner — dikenalnya. Area seperti Cikini adalah suatu lokalitas fisik terhubung yang demi eksistensinya ia memerlukan penghuni, kerumunan orang yang memasuki pintunya dan mendengarkan ceritanya. Jakarta sebagai kota pintar tidak membutuhkan sekedar warga atau penduduk, tetapi sudut pandang kependudukan yang memerlukan cerita bukan pelaporan karena kependudukan adalah tentang menemukan sudut pandang bukan melaporkan pandangan.

Adalah gerakan Kota Tanpa Sampah yang merupakan pengertian bercerita dari LabTanya sejak awal 2015 yang tak hanya menemukan namun juga mempertemukan berbagai cerita untuk fokus bagaimana masa depan lestari perkotaan adalah keniscayaan yang sedang menghampiri. Jika kita bekerja dan bergerak maka masa depan juga bekerja mencari penggeraknya. Kota Tanpa Sampah sejak lama telah bercerita bagaimana mengharapkan warga dalam lingkungan rumah tangga untuk tidak hanya sekedar membuang sampah pada tempatnya namun juga menghitung konsumsi harian dan sampah yang dibuangnya.

Bagaimana mungkinnya setiap rumah tangga memproduksi zero waste? MakeDoNia, LabTanya, Kekini, dan Unjukin Labs bersama dengan SEA Makerspace Network mengadakan SEA Makerthon 2016 Jakarta ,yang akan dilaksanakan pada tanggal 10–11 September 2016 di Kekini Ruang Bersama di Cikini dengan topik food waste & food packaging, sebagai barengan dari For Sustainable Future: Stories Inspire Change untuk mengajak warga Jakarta berbagi cerita demi masa depan lestari mewujudkan Kota Tanpa Sampah. SEA Makerthon 2016 Jakarta adalah kegiatan berkelompok secara intensif membuat prototipe produk yang menghasilkan sebab bagi cerita-cerita yang melekat dalam setiap kehadiran warga di sudut-sudut lokasi kota Jakarta.

SEA Makerthon 2016 Jakarta mempertemukan dua pilar tujuan hidup yaitu inspirasi individu dan aspirasi masyarakat ekonomi di Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya di asia tenggara di era informasi. Indonesia memerlukan generasi baru aktivis lapangan di setiap lokasi untuk memimpin kelestarian bersama masyarakat asia tenggara. Dengan demikian diharapkan tidak hanya tercipta kemungkinan dan perjuangan mewujudkan Jakarta sebagai kota pintar dan penuh pengertian namun betapa pentingnya timbul cerita-cerita inspiratif dari warga Jakarta yang secara berkelompok memikirkan cara-cara alternatif menghilangkan timbunan sampah makanan dan kemasan makanan dari pandangan dan pengertian hubungan warga dengan kotanya. Kita membutuhkannya sekarang di ruang lingkup komunitas ekonomi ASEAN dengan paradigma ekonomi lestari.

--

--

Imanzah Nurhidayat
Imanzah Nurhidayat

Written by Imanzah Nurhidayat

Market designer for civic and public goods.

No responses yet